PROBOLINGGO - Salah satu Kiai sangat humoris yang saya kenal adalah KH. Moh. Romzi Al-Amiri Mannan salah satu keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
Kiai Romzi menjadi pemangku wilayah J. Salah satu wilayah atau asrama santri di Pesantren Nurul Jadid. Di asrama ini tempat santri mendalami kitab kuning. Terdiri dari santri yang berstatus siswa, mahasiswa dan khorijin. Untuk nama yang terakhir sebutan bagi santri yang tidak menempuh pendidikan formal atau santri yang telah lulus dari lembaga formal tapi masih tetap berada di pesantren untuk mendalami ilmu-ilmu agama.
Baca juga:
Atasi Antrean, Pertamina Siapkan SPBU Mobile
|
Kiai yang terkenal dengan humornya ini sangat telaten mengajar santri-santrinya, tentu di bantu oleh pengurus yang memiliki kemampuan dan memahami kitab kuning. Kitab kuning sangat beliau senangi. Terbukti beliau selalu membeli kitab bahkan buku saat melakukan perjalanan ke kota.
"Saya suka beli kitab dan buku. Saat saya pergi ke Surabaya, Jawa Tengah, Jakarta dan kota-kota lainnya. Bahkan kalau saya umroh pasti saya beli kitab, " dawuh beliau pada saya. Saat saya sowan ke dalemnya.
Kiai yang suka menulis ini, telah banyak melahirkan karya-karya buku berbahasa Arab dan berbahasa Indonesia. Ada yang berjenis Syarah, Matan dan juga Hasyiyah. Puluhan kitab dan puluhan buku telah dilahirkan dari tangan beliau. Dan bahkan beberapa kitab menjadi salah materi ajar di Program Keagamaan Madrasah Aliyah Nurul Jadid, diantaranya; Ilmu Kalam dan Ilmu Hadits.
Alhamdulillah, saya selalu mendapat gratisan karya beliau. Nyaris setiap karyanya saya selalu di beri.
"Kuleh noles kitab, nekah. Alhamdulillah, " ujar beliau.
Pondut empean pon (ambil sampean dah)
Terima kasih Kiai, " kata saya.
Pengampu kitab Ihya Ulumuddin di pagi hari setelah salat subuh. Tak pernah kenal lelah saat belajar.
Saya termasuk salah satu santri beliau yang mengikuti pengajian kitab Ihya Ulumuddin, Iqna meskipun saya telah berkeluarga.
Patut kiranya rasa syukur terus saya panjatkan pada Allah yang telah memberikan kekuatan, kesehatan sehingga saya bisa mengikuti pengajian kitab ihya Ulumuddin dan Iqna walaupun banyak bolongnya. Hingga beliau wafat.
Di samping semangat menulis, Kiai Romzi seorang pendakwah yang sangat laris di pasaran. Beliau memiliki keahlian membuat joke sehingga pemirsa terhibur dengan dakwahnya.
Beliau mampu menempatkan posisi saat berdakwah, baik berdakwah di kalangan masyarakat awam, akademisi dan bahkan di hadapan para santri-santri sekalipun. Kiai Romzi kaya dengan strategi dan model dakwah pada semua level atau kalangan.
Sewaktu kami, saya bersama H. Nurullah mendampingi beliau berdakwah di Kepulauan Kangean. Masyarakat Kangean sangat antusias juga terhibur dengan ungkapan dakwah beliau.
Pesan-pesan firman Allah dan Nabi Muhammad disampaikannya dengan penuh kelembutan, kebijaksanaan dan humor. Tidak disampaikan dengan penuh semangat dan menyalahkan orang, lebih-lebih mengkafirkan dan membid'ahkan.
Model dakwahnya sama seperti kiai-kiai pesantren. Yang khas dengan humor bermakna.
Selain itu, sosok Kiai Romzi sangat akrab dengan siapapun. Pada santri, pengurus dan masyarakat. Keakraban ini menjadi ciri khas beliau. Dan itu pula di tandai dengan banyak hal, diantaranya yaitu; saat ngobrol dengan orang lain penuh lepas, tertawa lepas dan melepas ke kiaiannya agar komunikasi berjalan baik. Beliau suka memberikan amalan-amalan, biasanya membuka buku kecil yang bertuliskan Arab dengan tertata rapi, bahkan beliau sering tegur sapa dengan masyarakat saat jalan-jalan pagi.
Kini Kiai kesayangan Mbah Maimoen Zubair ini telah meninggalkan kita semua. Insya Allah surga yang layak buat beliau. Alfatihah.